Jaga kekompakan, guru As Sholchah mayoran ala santri
Jaga kekompakan, guru As Sholchah mayoran ala santri
Makan bersama secara berkelompok atau biasa disebut dengan istilah mayoran sudah menjadi tradisi santri di pondok pesantren. Selain wujud dari kesederhanaan juga merupakan sarana untuk memupuk semangat kebersamaan.
Yang menarik, di pondok pesantren putri As Sholchah Warungdowo ternyata kegiatan mayoran ini bukan hanya dilakukan oleh santriwati, tetapi juga dilakukan oleh dewan guru. Seperti yang dilakukan pada hari ini Sabtu 28 September 2019 beberapa dewan guru MA As Sholchah yg ada jam mengajar melakukan mayoran sederhana ala santri di ruang guru pada jam istirahat.
Kegiatan mayoran seperti ini sudah berlangsung lama hampir setiap minggu satu kali bahkan terkadang dua sampai tiga kali. Menunya pun bermacam macam. Kadang nasi jagung, nasi campur, mie ayam, sampai rujak legi. Seperti yang dilakukan beberapa hari yang lalu masing masing guru membawa buah yang bermacam macam dan ada yg membawa bumbu rujak legi, kemudian mayoran bersama dikantor guru.
Adapun untuk menu hari ini adalah nasi putih dan nasi jagung dg lauk orem tempe campur lodeh dipadu dengan pepes teri campur pencit, telur bali, dadar jagung plus kerupuk. Kali ini bu Ninik yang membawa nasi putih, bu Luluk membawa nasi jagung dan sayur lodeh, bu Nurul membawa telur bali, bu Wirda membawa pepes teri campur pencit. Berbagai varian lauk ini dipadukan menjadi satu dengan beralaskan kertas minyak. Kemudian mayoranpun dimulai sesuai SOP makan yang diberlakukan kepada siswi.
Adapun untuk guru laki laki, disediakan piring khusus dengan menu yang sama termasuk juga kepala madrasah ust Nawawi. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini dan berharap bisa terus dilestarikan baik di dalam madrasah maupun di luar lingkungan madrasah.
Sungguh kebersamaan yang tiada duanya dan nyaris sempurna. Tentu hal ini adalah modal yang sangat berharga dalam mendidik dan membina semua peserta didik untuk mencapai visi misi madrasah.
As Sholchah memang beda
As Sholchah madrasah juara
Makan bersama secara berkelompok atau biasa disebut dengan istilah mayoran sudah menjadi tradisi santri di pondok pesantren. Selain wujud dari kesederhanaan juga merupakan sarana untuk memupuk semangat kebersamaan.
Yang menarik, di pondok pesantren putri As Sholchah Warungdowo ternyata kegiatan mayoran ini bukan hanya dilakukan oleh santriwati, tetapi juga dilakukan oleh dewan guru. Seperti yang dilakukan pada hari ini Sabtu 28 September 2019 beberapa dewan guru MA As Sholchah yg ada jam mengajar melakukan mayoran sederhana ala santri di ruang guru pada jam istirahat.
Kegiatan mayoran seperti ini sudah berlangsung lama hampir setiap minggu satu kali bahkan terkadang dua sampai tiga kali. Menunya pun bermacam macam. Kadang nasi jagung, nasi campur, mie ayam, sampai rujak legi. Seperti yang dilakukan beberapa hari yang lalu masing masing guru membawa buah yang bermacam macam dan ada yg membawa bumbu rujak legi, kemudian mayoran bersama dikantor guru.
Adapun untuk menu hari ini adalah nasi putih dan nasi jagung dg lauk orem tempe campur lodeh dipadu dengan pepes teri campur pencit, telur bali, dadar jagung plus kerupuk. Kali ini bu Ninik yang membawa nasi putih, bu Luluk membawa nasi jagung dan sayur lodeh, bu Nurul membawa telur bali, bu Wirda membawa pepes teri campur pencit. Berbagai varian lauk ini dipadukan menjadi satu dengan beralaskan kertas minyak. Kemudian mayoranpun dimulai sesuai SOP makan yang diberlakukan kepada siswi.
Adapun untuk guru laki laki, disediakan piring khusus dengan menu yang sama termasuk juga kepala madrasah ust Nawawi. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini dan berharap bisa terus dilestarikan baik di dalam madrasah maupun di luar lingkungan madrasah.
Sungguh kebersamaan yang tiada duanya dan nyaris sempurna. Tentu hal ini adalah modal yang sangat berharga dalam mendidik dan membina semua peserta didik untuk mencapai visi misi madrasah.
As Sholchah memang beda
As Sholchah madrasah juara