Kamis (27/04). Peringatan Isra’
Mi’raj dihadiri oleh segenap civitas As Sholchah baik MTs maupun MA.
 |
Ning Aliyah, Kepala MTs As Sholchah |
Bertempat
di musholla dimulai pukul 08.00 WIB dengan diawali pembacaan shalawat dan
qasidah diiringi hadrah Al-Banjari. Mata acara berikutnya adalah pembacaan ayat
suci Al-Quran oleh Mutmainnah (XII B), sambutan ketua panitia, Rizki Maulidia
(XI A) dan dilanjutkan tausiyah oleh jajaran pengasuh As Sholchah. Tausiyah
pertama disampaikan oleh Ning Aliyah,S.Pd.I Kepala MTs As Sholchah. Dalam tausiyahnya
beliau menekankan perlunya mengerjakan sholat dengan baik dan khusyu’ karena
sholat adalah cermin diri seseorang. “Sholat adalah cerminan diri kita, kalau
siswa ujian masih berani nyontek, berarti sholatnya masih belum khusyu’. Orang
yang baik, sholatnya pasti baik, khusyu’ dan sesuai tuntunan syariat” tegas
beliau.
 |
Gus Nawawi saat menyampaikan tausiyah dengan gaya santai yang khas |
 |
Pengurus Pondok Pesantren As Sholchah periode 2017-2018 saat dilantik |
Berikutnya dilanjutkan tausiyah
oleh Kepala MA As Sholchah, Gus Nawawi, SH. Mengawali tausiyahnya beliau mengingatkan
hadirin untuk memperbanyak membaca shalawat sebagai bukti kecintaan kepada
Rasulullah SAW. Disamping itu juga menjalankan sunnah-sunnahnya untuk kebaikan
di dunia maupun akhirat. Menurut beliau melaksanakan sunnah Rasul adalah untuk
kepentingan kita sendiri termasuk untuk kesehatan badan. “Mengapa Rasulullah
mengajarkan minum sambil duduk, ternyata itu bermanfaat untuk kesehatan ginjal
kita dan sebaliknya”, tegas beliau memberi contoh. Mengakhiri tausiyahnya,
beliau mengingatkan para santri tentang bahaya pacaran yang dapat mengarah
kepada perbuatan zina.
 |
KH Lukman Hakim Channan Pengasuh Pondok Pesantren As Sholchah |
Sebelum berakhirnya acara dilaksanakan
pelantikan pengurus pondok periode 2017-2018 oleh Ustadz Humaidi Bahron.
Tausiyah terakhir disampaikan oleh KH. Lukman Hakim Channan selaku pengasuh pondok
pesantren As Sholchah. Beliau mengingatkan agar tetap istiqomah dalam menjalankan
perintah agama, karena kerusakan moral masyarakat a la era jahiliyah terulang
kembali di zaman ini. Menurut beliau ilmu umum penting untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan dunia karenanya harus ditekuni, namun hanya ilmu agama yang dapat
memperbaiki moral masyarakat. “Santri jangan ketinggalan zaman, tetapi jangan
sampai kehilangan agama,” pesan beliau mengakhiri tausiyahnya. (thr)