"Umik ( ibu ) saya berubah menjadi wonder women untuk saya". Wawancara exklusif dengan pemeran utama film As Santri
"Umik ( ibu ) saya berubah menjadi wonder women untuk saya". Wawancara exklusif dengan pemeran utama film As Santri
Berikut hasil wawancara exklusif crew media Insan dengan Sayyidah As Sholchah ke 6 Siti Ilma Mukarromah yang juga dimuat di majalah INSAN edisi 8
Crew : Assalamualaikum wr.wb sayyidah Ilma
Ilma : Waalaikumsalam wr.wb
Crew : Bisa disampaikan profil singkatnya kak Ilma dan bagaimana awal ceritanya bisa sampai punya banyak prestasi seperti sekarang
Ilma : Iya, nama saya Siti Ilma Mukarromah, kelahiran tahun 2000, 19 Januari di Pasuruan. Saya tinggal di desa sekarputih Gonta Pasuruan. Saya alumni As Sholchah dan saat ini kuliah di ITS NU Pasuruan jurusan PAI. Awal karier saya dimulai sejak SD kelas 6, tahun 2012. Pada tahun tersebut, saya mengikuti exkul albanjari melalui seleksi. Alhamdulillah, saya lolos dan menjadi rodat (penari javen). Saya tidak lolos seleksi vocal, karena suara saya dulu tidak merdu, cempreng dan melengking. Dan mulai saat itu juga umik saya memasukkan saya ke tempat ngaji agar saya bisa qiroah/tilawah dan albanjari di bunyai Robiatul Adawiyah, Warungdowo. Setelah beberapa bulan saya dapat 1 maqro lalu mengikuti MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an) tingkat madin. setelah tampil ternyata tidak menang. Dan beberapa kali ikut lomba-lomba tilawah saya tidak pernah menang hampir selama 4,5 tahun. Kata dewan jurinya modal ada, nafasnya kurang, dan susunan lagunya kurang tepat. Jadi qiroah/tilawah untuk undangan dan musabaqoh itu susunan lagunya berbeda. Setelah itu, karena saya tidak puas dengan apa yang saya miliki dan saya haus akan juara serta kebenaran, lalu saya pergi ke Ust.Imron Rosyadi pembina tilawah JQH. Beliau tinggal sendiri di Gondangwetan. Tapi, tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat saya ke Bunyai. Sebab, beliau adalah guru pertama kali yang memperkenalkan dunia tilawah dan albanjari pd saya. Setelah kurang lebih 2 bulan dibina, dapatlah 1 maqro. Setelah itu beliau mengikutkan saya MTQ 2017 tingkat kecamatan. Bertepatan dengan bulan ramadhan. Dan alhmdulillah saya mendapatkan juara 1. Kemudian lanjut ketingkat kabupaten dan alhmdulillah saya juara 2. Lalu saya dikirim ke tingkat Jawa Timur dan saya juara ke 7. Dari situlah kemudian saya mengikuti setiap musabaqoh dan alhamdulillah juara terus menerus sampai sekarang. Tapi, dibalik apa yang telah saya capai itu di mulai dari paksaan, lalu menjadi bisa sehingga terbiasa dan selalu tetap dengan hati yang sabar dan bahagia.
Crew : Apa dan siapa yang memotivasi Kak Ilma?
Ilma : Motivasi saya satu-satunya adalah umik saya. Sejak saya ditinggal wafat oleh abi ketika itu umur 9 tahun dan adik saya berumur 2 tahun. Mulai sejak itulah umik saya berubah menjadi wonder woman untuk saya. Selain mengemban tugas sebagai seorang ibu, umik juga sebagai abi untuk anak-anaknya. Umik saya sama sekali tidak mempunyai skil dalam hal bekerja dan lain-lain. Mutlak beliau adalah ibu rumah tangga dan tidak bisa naik sepeda motor sehingga semua di bayangan umik akan menjadi sulit.
Tapi keluarga besar semuanya memberi motivasi bahwa wanita tidak boleh kalah dari laki-laki harus bisa apa saja. Umik tidak putus asa perjuangan dan semua pengorbanan beliau berbuah manis. Alhmdulillah mulai dari 2009 sampai sekarang umik saya setia dengan abi. Tidak sama sekali tergoda dengan orang-orang yang ingin meminang. Mulai detik saya ditinggal wafat abi, saya sudah berkomitmen bahwa saya harus menjadi anak sulung yang sukses meskipun orang tua tidak lengkap dan membahagiakan umik serta adik saya bagaimanapun caranya saya harus bisa. Dan alhmdulillah sekali saya ucapkan syukur pada Allah SWT dan berterima kasih kepada umik, berkat didikan dan semua pengorbanan beliau saya bisa sampai pada titik bersinar saat ini, entah bagaimana jika umik tidak ada mungkin saya tidak akan seperti sekarang. Saya begitu sayang kepada umik, karena dialah satu-satunya mutiara berharga yang masih saya miliki sebagai tabungan surga dan kebahagiaan saya.
Crew : Bagaimana membagi waktu ditengah kesibukan?
Ilma : Kesibukan adalah makanan setiap hari saya. Kata umik "ketika kamu ingin mempunyai karir yang bagus tentu tidak mudah, perlu ada salah satu yang dikorbankan. Kalau bisa berjalan keduanya". Mulai dari kelas 2 Mts saya sudah mempunyai kesibukan dalam berkarir dan bersekolah. Apa lagi sekarang sudah kuliah tapi tetap eksis berkarir. Tips pertama yang saya lakukan adalah bahagia. Dengan bahagia apapun masalahnya akan cepat usai. Kedua mendahulukan kewajiban kita dari pada yang lainnya. Dulu waktu sekolah di As Sholchah saya seperti kalian, pilihan tersulit saya adalah ketika di undang oleh bupati pasuruan dalam acaranya dan di sekolah ada kegiatan wajib yaitu pemilihan sayyidah yang kebetulan saya masuk sebagai nominasi. Keduanya sama-sama penting. Andai saya orang yang berpikir pendek pasti saya pilih undangan bupati karena dari segi financial akan dapat bisyaroh lumayan. Tapi karena saya berjiwa santri yang bertanggung jawab saya harus memutuskan sendiri dan memilih yang paling utama. Pada akhirnya saya pilih sekolah, karena kewajiban saya saat itu adalah sekolah bukan untuk mencari uang. Dan alhamdulillah saya terpilih sebagai sayyidah As Sholchah ke 6. tips yang ketiga adalah apapun orang ngomong tentang kita yang macam-macam kita tanggapi dengan senyuman saja tidak perlu di masukkan ke dalam hati, karena kritik mereka adalah motivasi kita untuk bisa lebih maju. Seperti kata pepatah "terong di pluntir biru, omong e wong dipikir yo ngelu" hehe.. Jadi untuk membagi waktu di tengah kesibukan dan padatnya jadwal undangan juga kuliah seperti sekarang saya harus bahagia penuh, kemudian mendahulukan kewajiiban setelah itu hobi, serta anggap kritikan orang adalah motivasi hidup kita.
Crew : Punya suara enak itu memang keturunan atau dari olah vokal?
Ilma : Dibilang dari keturunan jg tidak terlalu. Karena orang tua saya tidak mempunyai bakat-bakat di dunia tarik suara. Mulai dari kecil saya selalu di putarkan lagu-lagu arabik dan murattal alqur'an setiap hari karena abi umik saya suka kedua genre tersebut, jadi ketika besar saya selalu mengingat nada-nadanya dan lebih mudah untuk belajar lagu-lagu asing. Dengan metode mendengar ini saya justru lebih cepat menangkap apa yang di dengar khususnya ketika kecil akan meniru dengan mudah dari apa yang di dengar.
Abi saya dulu orang organisasi yang biasa ketemu dengan banyak orang dan selalu di suruh untuk memberikan sambutan dll. Jadi mungkin mental beliaulah yang turun kepada saya anaknya, karena mental adalah kunci utama yang harus dimiliki. Jujur suara saya dulu jauh tidak seperti ini, hehehehe.. cempreng, melengking dan mudah grogi. Olah vocal seiring perkembangan waktu juga saya lakukan dengan bantuan guru vocal (guru qori' juga bisa) tentunya. Karena saya dituntut untuk terus bisa berkembang mengikuti zaman jadi saya memutuskan untuk menyelami betul-betul dunia tarik suara dan akhirnya bisa memiliki suara yang seperti sekarang ini.
Crew : Gak nyantri, tapi kok seperti santri tulen, kok bisa?
Ilma : Dari nenek moyang saya dulu semuanya adalah orang yang religius. Tentunya hal tersebut yang menurun ke anak cucunya. Dan rata-rata dilingkungan saya dikelilingi dengan orang-orang yang religius dan santri pula. Tak luput paman-paman saya bibi-bibi saya semuanya terutama abi dan umik saya. Dulu semua paman saya mewajibkan anak anaknya mondok minimal 15 tahun dan dari itu harus bisa menghafal al'qur'an serta kitab-kitab. Dan abi saya pun demikian, beliau juga mengajar di pondok pesantren, madrasah, pengajian, dll.
Maka ketika sedang kumpul keluarga santai2-santai mereka semua menyelipkan sedikit nasehat dan pelajaran agama agar bisa di terapkan di kehidupan saya kelak. Jadi tidak heran meskipun saya tidak mondok (gak nyantri), tapi didikan di lingkungan rumah seperti halnya di pondok. Dan saya menerapkan semua yang beliau-beliau juga abi umik saya berikan nasihat dan ajaran agama sehingga muncullah karakter santri tulen dalam diri saya.
Crew : Kriteria calon suami?
Ilma : Waduh.. Bicara kriteria calon suami ini bikin malu sendiri. Tugas saya sekarang adalah mengejar kesuksesan karir saya dan kebahagian keluarga terutama umik saya. Saya sendiri masih belum berpikiran untuk menikah tapi ya ada lah sedikit kriteria tertentu Hehe.. Rasulullah sendiri telah bersabda bahwa kriteria calon suami adalah 4 murobba' yaitu agamanya kuat, bernasab bagus, pekerja keras, dan yang terakhir tampan boleh lah hehe.. Kriteria calon suami saya adalah tidak luput harus seperti abi saya dan seperti apa yang telah Rasul katakan. Yg paling penting adalah setia, tanggung jawab pada keluarga, dan murah hati. Itu sudah cukup buat saya.
Crew : Bagaimana sosok Habibi dalam film As Santri dimata kak Ilma?
Ilma : Dalam pembuatan film As-santri saya banyak bertemu orang-orang baru yg sangat luar bisa, salah satunya adalah habibi. Habibi merupakan sosok yang luar biasa dalam film loh yah.. Hehe.. Tentu beliau adalah idaman wanita di seluruh penjuru dunia. Sosok habibi sendiri di mata saya sebagai wanita biasa adalah beliau orang yang sholeh, rendah hati, baik, sopan, tegas, jago silat, murah senyum kayak saya hehe.., dan ganteng. Meskipun demikian sama sekali tidak ada rasa yang sampai masuk ke dalam hati saya. Karena beliau sudah berkeluarga dan saya anggap beliau adalah panutan dan motivator dalam profesionalitas pembuatan film As-Santri.
Crew : Kesan kak Ilma menjadi aktris di film As Santri?
Ilma : Kesan saya menjadi aktris di film As-santri ini sungguh luar biasa yang mana baru pertama kali dalam hidup saya tentunya. Saya menyimpulkannya ada dua kesan yang sangat istimewah yaitu bangga dan beruntung. Bangga yang pertama adalah saya bisa membawa nama harum pondok pesantren As Sholchah serta bisa berdakwah di kancah nasional maupun internasional melalui film yang dibuat ini dan membawa harum nama keluarga saya juga. Bangga selanjutnya adalah bisa eksis dan terkenal di dunia maya dan saya akan menjadi idola baru anak muda melenial hehe.., tentunya ketika proses shooting film As-santri, yang mana kata tersebut akan menghipnotis sebagian orang sehingga mereka tercengang dan terpanah ketika mendengarnya. Artinya kita, keluarga, dan pondok kita akan merasakan kebanggaan tersendiri ketika mengatakan kata tersebut. Juga beruntung sekali saya selaku alumni MA-as sholchah bisa terpilih dari para lulusan yang ada untuk bisa memerankan peran ustadah dalam film ini. Tentunya peran yang tidak mudah untuk saya, memerankan ustadah yang lembut, bijaksana, dan pembimbing para santrinya. Sungguh jauh sekali dari karakter diri saya. Tapi berkat suport teman, keluarga, guru dan semua crew yang terlibat dalam film ini saya bisa memerankannya dengan all out.
Beruntung yang kedua adalah bisa bertemu dengan orang-orang baru yg sungguh subhanallah luar biasa sekali, mereka yaitu para crew film as-santri ini. Motivasi, nasehat, serta suport mereka yang bisa membuat lancar dan berhasilnya pembuatan film ini. Orang-orang baru itu terumata adalah habibi. Yang tidak bisa saya temui di film-film lainnya. Hehehe.. Tks.
Berikut hasil wawancara exklusif crew media Insan dengan Sayyidah As Sholchah ke 6 Siti Ilma Mukarromah yang juga dimuat di majalah INSAN edisi 8
Crew : Assalamualaikum wr.wb sayyidah Ilma
Ilma : Waalaikumsalam wr.wb
Crew : Bisa disampaikan profil singkatnya kak Ilma dan bagaimana awal ceritanya bisa sampai punya banyak prestasi seperti sekarang
Ilma : Iya, nama saya Siti Ilma Mukarromah, kelahiran tahun 2000, 19 Januari di Pasuruan. Saya tinggal di desa sekarputih Gonta Pasuruan. Saya alumni As Sholchah dan saat ini kuliah di ITS NU Pasuruan jurusan PAI. Awal karier saya dimulai sejak SD kelas 6, tahun 2012. Pada tahun tersebut, saya mengikuti exkul albanjari melalui seleksi. Alhamdulillah, saya lolos dan menjadi rodat (penari javen). Saya tidak lolos seleksi vocal, karena suara saya dulu tidak merdu, cempreng dan melengking. Dan mulai saat itu juga umik saya memasukkan saya ke tempat ngaji agar saya bisa qiroah/tilawah dan albanjari di bunyai Robiatul Adawiyah, Warungdowo. Setelah beberapa bulan saya dapat 1 maqro lalu mengikuti MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an) tingkat madin. setelah tampil ternyata tidak menang. Dan beberapa kali ikut lomba-lomba tilawah saya tidak pernah menang hampir selama 4,5 tahun. Kata dewan jurinya modal ada, nafasnya kurang, dan susunan lagunya kurang tepat. Jadi qiroah/tilawah untuk undangan dan musabaqoh itu susunan lagunya berbeda. Setelah itu, karena saya tidak puas dengan apa yang saya miliki dan saya haus akan juara serta kebenaran, lalu saya pergi ke Ust.Imron Rosyadi pembina tilawah JQH. Beliau tinggal sendiri di Gondangwetan. Tapi, tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat saya ke Bunyai. Sebab, beliau adalah guru pertama kali yang memperkenalkan dunia tilawah dan albanjari pd saya. Setelah kurang lebih 2 bulan dibina, dapatlah 1 maqro. Setelah itu beliau mengikutkan saya MTQ 2017 tingkat kecamatan. Bertepatan dengan bulan ramadhan. Dan alhmdulillah saya mendapatkan juara 1. Kemudian lanjut ketingkat kabupaten dan alhmdulillah saya juara 2. Lalu saya dikirim ke tingkat Jawa Timur dan saya juara ke 7. Dari situlah kemudian saya mengikuti setiap musabaqoh dan alhamdulillah juara terus menerus sampai sekarang. Tapi, dibalik apa yang telah saya capai itu di mulai dari paksaan, lalu menjadi bisa sehingga terbiasa dan selalu tetap dengan hati yang sabar dan bahagia.
Crew : Apa dan siapa yang memotivasi Kak Ilma?
Ilma : Motivasi saya satu-satunya adalah umik saya. Sejak saya ditinggal wafat oleh abi ketika itu umur 9 tahun dan adik saya berumur 2 tahun. Mulai sejak itulah umik saya berubah menjadi wonder woman untuk saya. Selain mengemban tugas sebagai seorang ibu, umik juga sebagai abi untuk anak-anaknya. Umik saya sama sekali tidak mempunyai skil dalam hal bekerja dan lain-lain. Mutlak beliau adalah ibu rumah tangga dan tidak bisa naik sepeda motor sehingga semua di bayangan umik akan menjadi sulit.
Tapi keluarga besar semuanya memberi motivasi bahwa wanita tidak boleh kalah dari laki-laki harus bisa apa saja. Umik tidak putus asa perjuangan dan semua pengorbanan beliau berbuah manis. Alhmdulillah mulai dari 2009 sampai sekarang umik saya setia dengan abi. Tidak sama sekali tergoda dengan orang-orang yang ingin meminang. Mulai detik saya ditinggal wafat abi, saya sudah berkomitmen bahwa saya harus menjadi anak sulung yang sukses meskipun orang tua tidak lengkap dan membahagiakan umik serta adik saya bagaimanapun caranya saya harus bisa. Dan alhmdulillah sekali saya ucapkan syukur pada Allah SWT dan berterima kasih kepada umik, berkat didikan dan semua pengorbanan beliau saya bisa sampai pada titik bersinar saat ini, entah bagaimana jika umik tidak ada mungkin saya tidak akan seperti sekarang. Saya begitu sayang kepada umik, karena dialah satu-satunya mutiara berharga yang masih saya miliki sebagai tabungan surga dan kebahagiaan saya.
Crew : Bagaimana membagi waktu ditengah kesibukan?
Ilma : Kesibukan adalah makanan setiap hari saya. Kata umik "ketika kamu ingin mempunyai karir yang bagus tentu tidak mudah, perlu ada salah satu yang dikorbankan. Kalau bisa berjalan keduanya". Mulai dari kelas 2 Mts saya sudah mempunyai kesibukan dalam berkarir dan bersekolah. Apa lagi sekarang sudah kuliah tapi tetap eksis berkarir. Tips pertama yang saya lakukan adalah bahagia. Dengan bahagia apapun masalahnya akan cepat usai. Kedua mendahulukan kewajiban kita dari pada yang lainnya. Dulu waktu sekolah di As Sholchah saya seperti kalian, pilihan tersulit saya adalah ketika di undang oleh bupati pasuruan dalam acaranya dan di sekolah ada kegiatan wajib yaitu pemilihan sayyidah yang kebetulan saya masuk sebagai nominasi. Keduanya sama-sama penting. Andai saya orang yang berpikir pendek pasti saya pilih undangan bupati karena dari segi financial akan dapat bisyaroh lumayan. Tapi karena saya berjiwa santri yang bertanggung jawab saya harus memutuskan sendiri dan memilih yang paling utama. Pada akhirnya saya pilih sekolah, karena kewajiban saya saat itu adalah sekolah bukan untuk mencari uang. Dan alhamdulillah saya terpilih sebagai sayyidah As Sholchah ke 6. tips yang ketiga adalah apapun orang ngomong tentang kita yang macam-macam kita tanggapi dengan senyuman saja tidak perlu di masukkan ke dalam hati, karena kritik mereka adalah motivasi kita untuk bisa lebih maju. Seperti kata pepatah "terong di pluntir biru, omong e wong dipikir yo ngelu" hehe.. Jadi untuk membagi waktu di tengah kesibukan dan padatnya jadwal undangan juga kuliah seperti sekarang saya harus bahagia penuh, kemudian mendahulukan kewajiiban setelah itu hobi, serta anggap kritikan orang adalah motivasi hidup kita.
Crew : Punya suara enak itu memang keturunan atau dari olah vokal?
Ilma : Dibilang dari keturunan jg tidak terlalu. Karena orang tua saya tidak mempunyai bakat-bakat di dunia tarik suara. Mulai dari kecil saya selalu di putarkan lagu-lagu arabik dan murattal alqur'an setiap hari karena abi umik saya suka kedua genre tersebut, jadi ketika besar saya selalu mengingat nada-nadanya dan lebih mudah untuk belajar lagu-lagu asing. Dengan metode mendengar ini saya justru lebih cepat menangkap apa yang di dengar khususnya ketika kecil akan meniru dengan mudah dari apa yang di dengar.
Abi saya dulu orang organisasi yang biasa ketemu dengan banyak orang dan selalu di suruh untuk memberikan sambutan dll. Jadi mungkin mental beliaulah yang turun kepada saya anaknya, karena mental adalah kunci utama yang harus dimiliki. Jujur suara saya dulu jauh tidak seperti ini, hehehehe.. cempreng, melengking dan mudah grogi. Olah vocal seiring perkembangan waktu juga saya lakukan dengan bantuan guru vocal (guru qori' juga bisa) tentunya. Karena saya dituntut untuk terus bisa berkembang mengikuti zaman jadi saya memutuskan untuk menyelami betul-betul dunia tarik suara dan akhirnya bisa memiliki suara yang seperti sekarang ini.
Crew : Gak nyantri, tapi kok seperti santri tulen, kok bisa?
Ilma : Dari nenek moyang saya dulu semuanya adalah orang yang religius. Tentunya hal tersebut yang menurun ke anak cucunya. Dan rata-rata dilingkungan saya dikelilingi dengan orang-orang yang religius dan santri pula. Tak luput paman-paman saya bibi-bibi saya semuanya terutama abi dan umik saya. Dulu semua paman saya mewajibkan anak anaknya mondok minimal 15 tahun dan dari itu harus bisa menghafal al'qur'an serta kitab-kitab. Dan abi saya pun demikian, beliau juga mengajar di pondok pesantren, madrasah, pengajian, dll.
Maka ketika sedang kumpul keluarga santai2-santai mereka semua menyelipkan sedikit nasehat dan pelajaran agama agar bisa di terapkan di kehidupan saya kelak. Jadi tidak heran meskipun saya tidak mondok (gak nyantri), tapi didikan di lingkungan rumah seperti halnya di pondok. Dan saya menerapkan semua yang beliau-beliau juga abi umik saya berikan nasihat dan ajaran agama sehingga muncullah karakter santri tulen dalam diri saya.
Crew : Kriteria calon suami?
Ilma : Waduh.. Bicara kriteria calon suami ini bikin malu sendiri. Tugas saya sekarang adalah mengejar kesuksesan karir saya dan kebahagian keluarga terutama umik saya. Saya sendiri masih belum berpikiran untuk menikah tapi ya ada lah sedikit kriteria tertentu Hehe.. Rasulullah sendiri telah bersabda bahwa kriteria calon suami adalah 4 murobba' yaitu agamanya kuat, bernasab bagus, pekerja keras, dan yang terakhir tampan boleh lah hehe.. Kriteria calon suami saya adalah tidak luput harus seperti abi saya dan seperti apa yang telah Rasul katakan. Yg paling penting adalah setia, tanggung jawab pada keluarga, dan murah hati. Itu sudah cukup buat saya.
Crew : Bagaimana sosok Habibi dalam film As Santri dimata kak Ilma?
Ilma : Dalam pembuatan film As-santri saya banyak bertemu orang-orang baru yg sangat luar bisa, salah satunya adalah habibi. Habibi merupakan sosok yang luar biasa dalam film loh yah.. Hehe.. Tentu beliau adalah idaman wanita di seluruh penjuru dunia. Sosok habibi sendiri di mata saya sebagai wanita biasa adalah beliau orang yang sholeh, rendah hati, baik, sopan, tegas, jago silat, murah senyum kayak saya hehe.., dan ganteng. Meskipun demikian sama sekali tidak ada rasa yang sampai masuk ke dalam hati saya. Karena beliau sudah berkeluarga dan saya anggap beliau adalah panutan dan motivator dalam profesionalitas pembuatan film As-Santri.
Crew : Kesan kak Ilma menjadi aktris di film As Santri?
Ilma : Kesan saya menjadi aktris di film As-santri ini sungguh luar biasa yang mana baru pertama kali dalam hidup saya tentunya. Saya menyimpulkannya ada dua kesan yang sangat istimewah yaitu bangga dan beruntung. Bangga yang pertama adalah saya bisa membawa nama harum pondok pesantren As Sholchah serta bisa berdakwah di kancah nasional maupun internasional melalui film yang dibuat ini dan membawa harum nama keluarga saya juga. Bangga selanjutnya adalah bisa eksis dan terkenal di dunia maya dan saya akan menjadi idola baru anak muda melenial hehe.., tentunya ketika proses shooting film As-santri, yang mana kata tersebut akan menghipnotis sebagian orang sehingga mereka tercengang dan terpanah ketika mendengarnya. Artinya kita, keluarga, dan pondok kita akan merasakan kebanggaan tersendiri ketika mengatakan kata tersebut. Juga beruntung sekali saya selaku alumni MA-as sholchah bisa terpilih dari para lulusan yang ada untuk bisa memerankan peran ustadah dalam film ini. Tentunya peran yang tidak mudah untuk saya, memerankan ustadah yang lembut, bijaksana, dan pembimbing para santrinya. Sungguh jauh sekali dari karakter diri saya. Tapi berkat suport teman, keluarga, guru dan semua crew yang terlibat dalam film ini saya bisa memerankannya dengan all out.
Beruntung yang kedua adalah bisa bertemu dengan orang-orang baru yg sungguh subhanallah luar biasa sekali, mereka yaitu para crew film as-santri ini. Motivasi, nasehat, serta suport mereka yang bisa membuat lancar dan berhasilnya pembuatan film ini. Orang-orang baru itu terumata adalah habibi. Yang tidak bisa saya temui di film-film lainnya. Hehehe.. Tks.